Jumat, 16 Desember 2011

STRESS

Dewasa ini perubahan tata nilai kehidupan berjalan begitu cepat karena pengaruh globalisasi, modernisasi, inforamasi, industrialisasi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut berpengaruh terhadap pola hidup, misalnya pola hidup social religius berubah individualis, materialistis,, dan sekuler; pola hidup produktif ke pola hidu konsumtif dan mewah; dan ambisi karier yang menganut asas moral dan etika hukum ke cara KKN.
Perubahan psikososial dapat merupakan tekanan mental(stressor psikosial) sehingga bagi sebagian individu dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupandan berusaha beradaptasi untuk menanggulanginya. Stresor psikososial, seperti perceraian karba tidak diamalkannya kehidupan religius dalam rumah tangga, masalah orang tua dengan banyaknya kenakalan remaja, hubungan internasional personal yang tidak baik dengan teman dan sebagainya. Namun, tidak semua orang dapat beradaptasi dan mengatasi stressor akibat perubahan tersebut sehingga sehingga ada yang mengalami stress, gangguan penysuaian diri, maupun sakit.
Mengapa kita perlu mempelajari tentang stress?
  • Untuk mengetahui pengertian stress.
  • Untuk mengetahui dampak stress pada tubuh.
  • Untuk mengetahui mekanisme stress.
  • Untuk mengetahahui cara pemecahan masalah stress.
I. PENGERTIAN STRESS
·         Menurut Kozier (1989)
Stress adalah segala sesuatu yang member dampak secara total terhadap individu meliputi fisik,emosi,social,spiritual.

· Menurut Dadang hawari(2000)
Stress adalah suatu bentuk ketegangan yang mempengaruhi fungsi alat-alat tubu
· Menurut Dafis(1988)
Stress adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihiondari yang disebabkan oleh perubahan yang memerlikan penyesuaian.
· Menurut Hans Selye
Yang bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntutan kebutuhan yang ada dalam dirinya.
· Menurut Soeharto Heerdjan (1987)
Stress adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam yang menimbul;kan suatu ketegangan dalam diri seseorang.
· Menurut maramis
Stress adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri dan karena itu sesuatu yang mengganggu kita.
· Menurut Vincent Cornelli
Stress adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntunan kehidupan,yang dipengaruhi oleh lingkungan maupun penampilan individu didalam lingkungan tersebut.
· Menurut lilis(1997)
Stress adalah sebuah kondisi dimana system respon manusia berubah keseimbangannya.
II. ASPEK UMUM STRESS
Respon tubuh.
Mekanisme perlindungan diri otomatis dan segera aktivasi
sistem syaraf dan endokrin fight dan flight
respon mekanik /kimia/thermal:
1. Selular
2. Humoral
3. Hormonal/endokrin
4. Saraf
III. TAHAPAN STRESS
1. Alarm Reaction : Reaksi alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor.
2. Stage of Resistance : Tubuh kembali stabil, kadar hormon, frekuensi jantung, tekanan darah dan curah jantung kembali normal.
3. Stage of Exhaustion : Terjadi ketika tubuh tidak dapat lagi melawan stress dan energi yang diperlukan untuk mempertahankan adaptasi menipis.
IV. TIPE STRESSOR
1.      Stressor Internal
Contohnya: tumor, cacat bawaan, hipertensi
2.      Stressor Eksternal
Contohnya: Marah kepada teman, konflik dengan orang tua
3.      Stessor Fisik
Contohnya : overdosis, virus, luka, suhu.
4.      Stessor Psikologis
Contohnya : takut operasi, cemas terhadap operasi, dan berduka karena kematian orang tua.
V. HOMEOSTATIS & FAKTOR-FAKTORNYA
Homeostatis yaitu mekanisme fisiologis yang bervariasi dalam tubuh individu untuk memelihara keseimbangan dalam lingkungan internal. Dipengaruhi oleh beberapa faktor di bawah ini
Faktor genetik
Faktor fisik dan kimiawi
Mikroorganisme dan parasit
Faktor psikologik
Faktor kultural
Migrasi
Faktor Ekologik
Faktor pekerjaan
Burn out
Technologic societies
VI. MEKANISME PERTAHANAN EGO
Mekanisme Pertahanan Ego yang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan mental. Adapun mekanisme pertahan ego adalah sebagai berikut :
  1. Kompensasi : Proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan atau kelebihan yang dimiliki.
  2. Penyangkalan(denial) : Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah yang paling sederhana dan primitive.
  3. Pemindahan (displacement): Pengalihan emosi yang ditujukan pada seorang atau benda lain yang biasanya netral atau lebih sedikit mengancam dirinya.
  4. Disosiasi: Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau identitasnya.
  5. Identifikasi: Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran, perilaku, dan selera orang tersebut.
  6. Intelektualisasi: Pengguna logika dan alasan berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya,
  7. Introjeksi: Suatu jenis identifikasi yang kuat dimana seseorang mengambil atau melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang atau suatu kelompok ke dalam struktur egonya sendiri, merupakan hati nurani.
  8. Isolasi: Pemisahan unsure emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat bersifat sementara atau dalam jangka waktu yang lama.
  9. Proyeksi: Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi yang tidak dapat ditoleransi.
  10. Rasionalisasi: Mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat diterima masyarakat untuk membenarkan impuls, perasaan, perilaku, dan motif yang tidak dapat diterima.
  11. Reaksi Formasi: Pengembangan sikap dan pola perilaku yang ia sadari, yang bertentangan dengan yang sebenarnya ia rasakan atau ia ingin lakukan.
  12. Regresi: Kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan merupakan cirri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.
  13. Represi: Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan dari kesadaran seseorang; merupakan pertahanan yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme lain.
  14. Pemisahan(splitting): Sikap mengelompokkan orang atau keadaan hanya sebagai semuanya baik atau semuanya buruk; kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif dalam diri sendiri.
  15. Sublimasi: Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyaluran secara normal.
  16. Supresi: Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan suatu analog represi yang disadari.
VII. MODEL_MODEL STRESS
1. Model Stress Berdasarkan Stimulus
- Hukum elastisitas
- Jika strain yang dihasilkan melampaui batas elastisitasnya maka kerusakan akan terjadi.
- Stress sebagai ciri-ciri dari stimulus lingkungan yang dalam beberapa hal dianggap mengganggu atau merusak,
- Stressor eksternal akan menimbulkan reaksi stress atau strain dalam diri individu,
- Stress sebagai sesuatu yang dipelajari
2. Model Stress Berdasarkan Respon
Menurut Selye (1982), terdiri dari 3 tahapan
- Reaksi alarm : respon siaga (fight or flight). Peningkatan cortical hormon, emosi dan ketegangan.
- Fase perlawanan (resistance) : Bila respon adaptif tidak mengurangi persepsi terhadap ancaman, ditandai hormon kortikal tetap tinggi. Usaha fisiologis untuk mengatasi stress mencapai kapasitas penuh.
- Reaksi kelelahan : Perlawanan terhadap stress yang berkepanjangan mulai menurun, fungsi otak tergantung perubahan metabolisme, sistem kekebalan tubuh menjadi kurang efisien dan penyakit yang serius mulai timbul saat kondisi menurun.
3. Model Stress Berdasarkan Transaksional
- Lingkungan dan individu terjadi proses penilaian kognitif (cognitive appraisal)
- Individu bervariasi dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya yaitu dengan melakukan koping terhadap berbagai tuntutan.
Mengukur potensial stress yaitu :
- Pengukuran primer : Menggali persepsi individu terhadap masalah
- Pengukuran sekunder : Mengkaji kemampuan seseorang atau sumber-sumber tersedia diarahkan untuk mengatasi masalah,
- Pengukuran tersier : Berfokus pada pikiran keefektifan perilaku koping dalam menghadapi ancaman.
VIII. FAKTOR_FAKTOR YANG MEMENGARUHI EFEK STRESSOR
1. Sifat stressor, apa arti sebuah stressor bagi klien? Karena stressor yang sama memberikan arti yang berbeda bagi seseorang.
2. Jumlah stressor pada waktu yang bersamaan, sehingga yang kecil dapat menjadi berat
3. Lamanya stressor. Semakin lama seseorang terpapar stressor maka orang tersebut mengalami penurunan kemampuan dalam mengatasi masalah karena kelelahan.
4. Usia,perkembangan
5. Jenis kelamin
6. Kepribadian
7. Status kesehatan secara umum
8. Support system
IX. LAS DAN GAS
Karakteristik LAS
  1. Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system.
  2. Respon yang bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk menstimulasikannya.
  3. Respon bersifat jangka pendek dan tidak terus-menerus.
  4. Respon bersifat restorative
Respon LAS banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari yaitu:
  1. Respon Inflamasi
Respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini memusatkan diri hanya pada area tubuh yang trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses penyembuhan dapat berlangsung cepat.
B.     Respon Refleks Nyeri
Respon ini merupakan respo adaptif yang bertujuan melindungi tubuh dari kerusakan lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam.
GAS
Gas merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respon yang terlibat didalamnya adalah system saraf otonom dan system endokrin. Di beberapa buku teks, GAS sering disamakan dengan system Neuroendrokin.
GAS terdiri dari beberapa fase:
1. Reaksi Alarm (peringatan)
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan norepineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot, peningkatan ambilan oksigen dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifasi hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan respons melawan atau menghindar. Bila stressor masih menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.
2. Fase Resistensi
Tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, dan cardiac out put. Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil maka tubuh akan memperbaiki sel-sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahap terakhir dari GAS yaitu fase kehabisan energi.
3. Fase Kehabisan Tenaga
Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis. Akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stress. Ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap stressor inilah yang berdampak pada kematian individu tersebut.
X. METODE KOPING
Ada dua metode koping yang digunakan oleh individu dalam mengatasi masalah psikologis seperti yang dikemukakan oleh Bell (1977), dua metode tersebut antara lain:
  1. Metode koping jangka panjang, cara ini adalah konstruktif dan merupakan cara yang efektif dan realistis dalam menangani masalah psikologis dalam kurun waktu yang lama, contonhya:
a.       Berbicara dengan orang lain.
b.      Mencoba mencari informasi yang lebih banyak tentang masalah yang sedang diahadapi.
c.       Menghubungkan situasi atau masalah yang sedang dihadapi dengan kekuatan supranatural.
d.      Melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan.
e.        Membuat berbagai alternative tindakan untuk mengurangi situasi.
f.       Mengambil pelajaran atau pengalaman masa lalu.

2.      Metode koping jangka pendek, cara ini digunakan untuk mengurangi stress dan cukup efektif untuk waktu sementara, tetapi tidak efektf untuk digunakan dalam jangka panjang. Contohnya:
    1. Menggunakan alcohol atau obat
    2. Melamun dan fantasi.
    3. Mencoba melihat aspek humor dari situasi yang tidak menyenangkan.
    4. Tidak ragu dan merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil.
    5. Banyak tidur
    6. Banyak merokok.
    7. Menangis
    8. Beralih pada aktifitas lain agar dapat melupakan masalah.
KESIMPULAN
Stress adalah respons manusia yang bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntutan kebutuhan yang ada dalam dirinya.
Stress tidak selama bersifat negative tetapi stress juga bersifat positif. Misalnya seseorang yang diberi jabatan penting di suatu institusi. Awalnya mungkin ia akan merasa stress tetapi stress tersebut akan memacu untuk mengatasi tantangan akibat jabatan yang dipercayakan kepadanya. Apabila ia sukses mengemban tugas tersebut , ia tidak akan mengalami stress, tetapi eustress.
Stress dapat menjadi motivator yang penting dan bermanfaat dalam mencapai tujuan atau cita-cita tertentu sehingga kita berusaha keras untuk mencapainya.

Sumber: http://blogs.unpad.ac.id/SGD_TUTOR2/

Tidak ada komentar: